Uploaded with ImageShack.us

Asrama Yayasan Soposurung terletak tidak jauh dari Danau Toba

Keindahan Danau Toba melambangkan betapa indahnya nama Yasop terukir dihati kami

Uploaded with ImageShack.us

Asrama Yasop terletak tepat dikaki bukit dolok tolong

Tingginya Dolok Tolong melambangkan tingginya cita-cita kami untuk memajukan Indonesia terutama bonapasogit

Uploaded with ImageShack.usUploaded with ImageShack.us

Inilah gapura Yayasan Soposurung dengan kemegahannya

Kemegahan gapura ini melambangkan betapa megahnya Yayasan Soposurung beserta alumninya dimata masyarakat

Uploaded with ImageShack.us

Inilah siswa-siswi Asrama Yayasan Soposurung

Beginilah kami dibina setiap hari untuk menjadi orang yang berguna dimasa depan nanti.

Uploaded with ImageShack.us

Keluarga Besar Asrama Yayasan Soposurung

Kami memang besar tetapi kami selalu rendah hati dan apa adanya.

Jumat, 27 April 2012

Seputar Yasop


Jika anda menanyakan bagaimana cara masuk Yasop, maka pastikan dulu kalau anda adalah warga negara Indonesia. Ya, itulah syarat pertama yang harus anda ikuti. Oklah kita persempit lagi, apakah anda bersekolah di Kabupaten Toba Samosir, Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi dan Pakpak Bharat. Sebenarnya hal tersebut bukanlah masalah, tetapi jika anda bersekolah diluar kabupaten yang disebutkan diatas anda harus mengirimkan surat permohonan dulu ke pihak Asrama Yayasan Soposurung. untuk  persyaratan selengkapnya anda dapat lihat disini.
yang saya tanyakan bukan persyaratannya tetapi kiat-kiat masuknya. Jika pertanyaan anda demikian anda dapat melihat disini

LULUS YASOP

Sebelum diterima menjadi siswa/i Asrama Yasop anda harus mengikuti berbagai test, yaitu tes akademik, tes psikologi, test kesamaptaan, test kesehatan dan test wawancara.
kok banyak sekali sih.......
Memang testnya banyak, tapi jangan khawatir itu tidaklah sesusah yang anda pikirkan. Nah, saya kan alumni Asrama Yasop, jadi pernah dong  melalui semua test itu...
Ok, saya akan membagikan pengalaman saya sewaktu mengikuti tes masuk asrama yasop mana tau bisa menjadi inspirasi buat adek-adek yang ingin masuk yasop, biar menarik ceritanya akan saya sajikan dalam bentuk prosa atau kyak cerita di novel. ok....
Story begin.....
Saya adalah alumni angkatan 2011 atau angkatan ke-19 Yasop. Saya berasal dari SMP N 2 Lintong Nihuta. Saya tidak akan terkejut jika anda tidak mengetahui daerah ini dan hal itu wajar saja kawan karena sepeti yang teman-teman saya sering katakan "itu gak masuk peta kan".
Waktu itu, kami diutus dari sekolah sebanyak delapan orang. Test pertama yang kami ikuti adalah test akademik, menurut informasi yang saya dengar, jumlah peserta test akademik waktu itu adalah 1080 orang dan jangan ditanya kawan, yang ingin mengikuti test jumlahnya mungkin sampai 5 atau 6 kali lipat dari jumlah diatas atau mungkin lebih, tetapi hanya saja pesertanya dibatasi. dag dig dug...., begitulah bunyi jantungku sewaktu kami para peserta dibariskan dilapangan sebelum masuk ke ruang ujian. Melihat peserta yang sebanyak itu rasanya harapan semakin aus saja, padahal sebelumnya semangat ini berapi-api seperti dalam tungku saja. Dan ternyata ungkapan itu sangat tepat karena pada akhirnya semangat itu tidak ada lagi karena sudah habis terbakar. Ujian pertamapun dimulai. Ujian pertama adalah matematika, saya mulai senyum-senyum melihat soal di depan saya. Saya melahap habis semua soal tanpa menyisakan satupun, wkwkwk sombong ni yeeee... . Tetapi begitulah kenyataannya. Bel berbunyi jawaban dan soal dikumpul. Saya keluar dari ruang ujian dengan dada sedikit maju ke depan seakan-akan saya lah pemenangnya. Tetapi dada saya semakin lama semakin turun saja karena setelah nanya teman-teman yang lain ternyata soalnya memang tak terlalu sulit dan mereka juga bisa menjawab semuanya.....
Kirain akunya yang pintar ternyata soalnya yang mudah.... Bel berbunyi lagi, sekarang ujian IPA. Berbeda dengan ujian pertama tadi, sekarang muka saya makin lama makin mengerut saja dan ubanpun  tiba-tiba tumbuh karena dalam selang waktu 2 jam itu umur saya seakan-akan menua dengan kecepatan 0,6 c. Saya keluar dari ruangan dengan keadaan lemas....
Ujian ketiga yaitu pelajaran yang paling saya benci, Bahasa Inggris. Sebelumnya saya telah mempersiapkan taktik jitu untuk menghadapi musuh saya ini. jika rencana A gagal, coba rencana B. Seperti yang saya perkirakan sebelumnya rencana A akan gagal. Rencana A adalah menjawab soal yang mudah terlebih dahulu baru dilanjut ke soal yang sulit, jadi cari-cari dulu soal yang kelihatannya mudah. Ternyata, eh tenyata.... tak ada satu soalpun yang mudah untuk orang sekelas saya, dan terpaksa harus beralih ke rencana B. Rencana B adalah jika tak ada soal yang mudah maka ambil kertas, sobek menjadi 5 bagian yang kecil, kemudian tulis A untuk 1 potong kertas, B untuk potongan yang lain, begitu seterusnya sampai E. Gulung kertas tersebut, dan pilih secara acak, kemudian buka. Apa yang tertulis dalam kertas itu, itulah jawaban yang saya tulis. Akhirnya lembar jawaban saya terisi semua. Saya keluar dari ruangan dengan pasrah. Deru campur debu.......
Kami pulang dengan kecemasan dalam hati masing-masing.
selanjutnya.....
Tak disangka-sangka ternyata semuanya tidak seperti perkiraanku sebelumnya, ternyata aku lulus tahap akademik. Tidak hanya itu saja, dari 8 orang jumlah kami yang diutus sekolah mengikuti test ternyata yang lulus ada 4 orang. Kami bangga tak kepalang dan sejenak hati ini  membumbung tinggi karena terlalu senang dan tak luput mata ini dari koran Sinar Indonesia Baru yang waktu itu menuliskan nama kami satu persatu siswa-siswi yang lulus test akademik. Euforia itu hanya berlangsung satu hari saja, keesokan harinya aku seakan tidak bangga lagi karena aku baru menyadari kalau perjuangan masih panjang. Tiga test berturut-turut menanti didepan karena kala itu test psikotest tidak ada. Jadi hanya kesemaptaan, kesehatan dan wawancara. Bagi saya yang bisa dikategorikan kemampuan bahasanya jelek, hal yang paling menakutkan itu adalah test wawancara. Kenapa tidak, dari isu-isu yang saya dengar kala itu test wawancara akan dilakukan dalam bahasa inggris. Tapi jangan salah kawan, meskipun saya tidak pandai bahasa inggris, saya masih punya ide mengakal-akalinya. Itulah mungkin kelebihan saya, saya selalu dilimpahi ide kreatif dikala sedang menghadapi permasalahan, tapi ini bukan sombong ya.... Setiap malam saya membuat prediksi pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara nanti dan saya sendiri yang menjawab pertanyaan tersebut dalam bahasa inggris. Saya yakin minimal 50% dari seluruh pertanyaan yang diajukan nanti sudah ada dalam sekian prediksi tersebut. Jadi tugas saya hanya menghafal saja. Jangan anggap ini kecurangan kawan tapi Kreatifitas....